Minggu, 28 Juni 2009

Indahnya Kegagalan

Kalau kita baca sejarah penemuan lampu pijar oleh Thomas Alfa Edison, dia sukses menciptakan lampu pijar setelah percobaanya yang ke 9999 (Sembilan ribu Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan) sumber: http://www.andriewongso.com/awartikel-234-Campus_Corner-Belajar_Memahami_Kegagalan_Dari_Thomas_Alfa_Edison

Artinya percobaan gagalnya sebanyak 9998 atau Sembilan ribu Sembilan ratus Sembilan puluh delapan. Seandainya Thomas Alfa pundung atau mutung pada percobaannya yang ke 9998, saya kira dunia ini mungkin masih menggunakan lampu minyak :)

Thomas Alfa Edison ini mempunyai 1093 (seribu Sembilan puluh tiga) penemuan yang sudah dipatenkan. Kalau percobaan berhasil dibandingkan gagal perbandingan kasarnya 1:10.000 , maka Thomas Alfa Edison perkiraan saya sudah melakukan percobaan sebanyak 10.000.000 (sepuluh juta) kali percobaan. Ini sungguh menakjubkan!

Ternyata orang2 sukses itu gagalnya jauh lebih banyak. Mahasiswa2 saya kebanyakan sering mengeluh pada kegagalan yg pertama. Padahal kalau mereka pengen sukses harus banyak mengalami kegagalan. Saya kira tidak ada seorang ahli naik sepeda yang tidak pernah jatuh, pasti mereka sudah sering jatuh yang akhirnya menyebabkan mereka tahu cara-cara supaya tidak jatuh.

Juga kalau kita lihat para pengusaha yang sukses, mereka rata-rata pernah atau bahkan sering gagal. Pengusaha2 yg langsung besar dan petentang-petenteng biasanya dibangun dari bisnis KKN dan biasanya tidak tahan lama kemudian terpuruk juga.

Jadi kesimpulannya adalah, perlu semangat baja untuk sukses sehingga pantang menyerah.

Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Kalimat di atas sering saya dengarkan di berbagai event, tapi untuk melaksanakannya tidak semudah mengucapkannya. Dakwah amar ma’ruf nahi munkar merupakan kegiatan yang sangat berat.

Disebutkan di dalam QS 3:104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar”.

Di dalam ayat di atas al-khayr dan al-ma’ruf disebutkan secara bersama-sama. Kedua kata tersebut sering diterjemahkan sama yaitu kebaikan, tapi sebenarnya ada perbedaan yang sangat mendasar. Al-khayr adalah kebaikan normative atau yang fundamental dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu, sedangkan al-ma’ruf adalah kebaikan yang bersifat operasional sehingga dipengaruhi oleh ruang maupun waktu.

Dakwah amar ma’ruf nahi munkar berarti bersifat operasional sehingga bukan hanya menyangkut pada materi dakwah tapi juga berkaitan dengan strategi dakwah. Untuk menentukan strategi yang tepat maka harus dipahami siapa yg menjadi obyek dakwah, karakteristiknya bagaimana sehingga dapat ditentukan tujuan, sasaran, dan target dengan lebih akurat.

Hal ini yang tidak mudah sehingga kata kuncinya adalah belajar terus menerus agar dakwah tersebut dapat berhasil. Orang2 yang selalu menuntut ilmu mendapat keistimewaan di mata Allah Swt seperti disebutkan di dalam QS 58:11: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Dengan mengkaji ilmu dakwah secara komprehensif diharapkan dakwah akan lebih berhasil sebab akan lebih banyak alternatif pilihan yang dimiliki. Alternatif bukan hanya yang pernah dilakukan oleh orang2 di suatu tempat tapi juga alternatif yang pernah dilakukan oleh orang di tempat lain. Dengan banyaknya alternatif maka kemungkinan berhasil akan lebih besar seperti digambarkan dalam kisah Nabi Ya’qub di dalam QS 12:67 : “Dan (Ya’qub) berkata: Hai anak-anakku janganlah kamu masuk dari satu pintu saja, tetapi masuklah dari berbagai pintu”.

Saya kira dakwah melalui jalur ekonomi juga penting untuk mendukung keberhasilan dakwah.

Kamis, 25 Juni 2009

Hati yang Bersinar

Kegunaan utama dari lampu adalah sebagai alat penerangan. Dengan adanya lampu yang bersinar maka suasana di dalam ruangan akan menjadi terang. Apa saja dan kegiatan apa saja yang terjadi di dalam ruangan tersebut akan tampak jelas.

Di dalam diri kita juga ada sesuatu yg bersifat seperti lampu yang memancarkan cahaya yaitu hati. Sehingga hati juga disebut nurani dari kata nuur yang berarti cahaya. Dengan adanya hati maka akan terlihat jelas di dalam diri kita perbuatan baik dan buruk. Setelah semua perbuatan terlihat jelas, maka perbuatan baik harus dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan perbuatan buruk harus dikoreksi supaya berkurang atau hilang.

Berkaitan dengan ini ada sebuah kisah yaitu ketika sahabat Wabishah bertanya kepada Rasulullah Saw: “Wahai Nabi, apa yang dimaksud dengan kebaikan dan apa yang dimaksud dengan keburukan”. Nabi menjawab: “Wahai Wabishah, kebaikan adalah apa saja yang kamu lakukan dan menjadikan hatimu tenteram sedang keburukan adalah apa saja yang kamu lakukan dan membuat hatimu menjadi resah”. Sehingga memang benar bahwa hati dapat dipergunakan untuk mendeteksi kebaikan dan keburukan di dalam diri manusia sehingga manusia dapat mengendalikan perbuatannya.

Agar hati tetap bersinar sehingga dapat berfungsi dengan baik, maka hati tersebut mestinya dirawat dari segala penyakit hati seperti: iri, dengki, hasud, sombong, dan lain sebagainya. Selain itu, hati juga mestinya dirawat dengan do’a yang sering kita panjatkan ketika kita membaca al-Fatihah yaitu “Ihdinashshiraathalmustaqiim “ yang berarti “ (Ya Allah) Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”. Sebelum memanjatkan do’a tersebut selalu didahului dengan mengucapkan “Iyyaakana’budu wa iyyaakanasta’iin“ yang berarti “Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan”. Hal itu menunjukkan bahwa untuk mendapatkan petunjuk jalan yang lurus itu tidak mudah sehingga kita mesti mengiba dgn sangat bahwa tidak ada cara lain dan jalan lain selain meminta kepada Allah Swt.

Orang yang hatinya gelap maka disebut zalim, sebab zalim berasal dari kata zulmun yang berarti gelap. Maksudnya hatinya gelap karena sinarnya tidak memancar disebabkan tidak dilakukan perawatan. Kita jangan sampai menjadi orang yg zalim atau jahat. Yang jahat bukan hanya dilakukan oleh orang2 yg tidak ngerti agama tapi juga dapat dilakukan oleh orang2 yg mengerti agama.

Seseorang yg membunyikan puji-pujian atau kaset-kaset bacaan al-Qur’an dengan keras di masjid apalagi jika sound systemnya tidak merdu.. itu juga berlaku zalim sebab akan mengganggu bayi2 dan orang2 yang sedang sakit di sekitar masjid.

Senin, 22 Juni 2009

Pancasila itu Aqad atau Thoghut

Banyak saudara2 kita yg di HTI, PKS, Salafy dan lain2 yg menganggap Pancasila sebagai thoghut atau berhala atau sesembahan selain Allah SWT. Sehingga menganggap Pancasila sebagai sumber hukum berarti sudah keluar dari keimanan yg sah menurut “Pemikiran” kelompok2 tsb.

Apakah pemikiran seperti itu benar?

Marilah kita kaji kembali ayat al-Qur’an yang berbunyi “Yaa ayyuhalladziina-aamanuu aufuu bil uquud” yang artinya adalah “Wahai orang-orang yg beriman, penuhilah aqad-aqad itu”. Uquud adalah perjanjian-perjanjian atau kontrak-kontrak yang dibuat di antara manusia dengan tujuan kebaikan.

Sekarang bagaimana dengan Pancasila? Apakah Pancasila bisa dikategorikan sebagai Aqad. Saya kira sangat bisa sebab semua bunyi silanya tidak ada yang mengajak berbuat jahat dan tidak ada satupun yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Jadi sebenarnya tidak ada alasan sama sekali untuk menganggap Pancasila sebagai thoghut. Orang2 yg menganggap Pancasila sebagai thoghut itu adalah orang2 yg berpikiran sempit.

Kalau dilihat proses pembuatan Pancasila itu mirip sekali dengan pengusunan Piagam Madinah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw ketika menyusun dasar2 negara Madinah yg dibangunnya pasca Hijrah. Nilai2nya mirip sekali.

Di dalam Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal itu juga memuat Hak Asasi Manusia (HAM) http://wikisource.org/wiki/Piagam_Madinah . Jadi bodoh sekali kalau ada yg beranggapan HAM berasal dari luar Islam.

Saya sangat menghormati usaha para pendiri bangsa ini yg telah melahirkan Pancasila.

Tiga Standard Ukuran Kebenaran

Di dalam kehidupan ini ada 3 ukuran kebenaran.

Yang pertama adalah agama baik yang ditulis dalam al-Qur’an maupun al-Hadits.

Yang kedua adalah hati nurani. Ketika seorang sahabat Nabi Saw yaitu Wabishah bertanya kepada Rasulullah Saw: “Apa yang dimaksud dengan kebenaran dan keburukan”. Jawab Rasulullah Saw: “Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada dirimu, mintalah fatwa pada nuranimu. Kebaikan itu apa saja yg membuat hatimu merasa tenteram. Keburukan adalah apa saja yang membuat hatimu menjadi resah”. Saya kira penjelasan ini meskipun sangat sederhana tapi cukup jelas.

Yang ketiga adalah uquud atau aqad-aqad. Hal ini disebutkan dalam al-Maidah 1 yang berbunyi “Yaa ayyuhalladziina-aamanuu aufuu bil uquud” yang artinya adalah “Wahai orang-orang yg beriman, penuhilah aqad-aqad itu”. Uquud adalah perjanjian-perjanjian atau kontrak-kontrak yang dibuat di antara manusia dengan tujuan kebaikan. Atau lebih singkatnya adalah kontrak social. Contohnya rambu2 dan peraturan lalu lintas.

Kamis, 18 Juni 2009

Agama Bukan Hanya Urusan Akherat

Mungkin ada yg berpendapat bahwa agama hanya urusan masalah akherat saja atau kehidupan setelah kematian sebab pembahasan masalah agama sering seputar surga, neraka, dosa, dan pahala.

Tapi apakah benar pendapat tersebut? Marilah kita simak ayat-ayat di bawah ini:

“ … Maka di antara manusia ada orang yang bendo'a: Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” QS. 2:200

Pada ayat tersebut, bagi seseorang yg hanya menginginkan kebahagiaan di dunia saja. Mungkin keinginannya tersebut akan dikabulkan seluruhnya sehingga apapun permintaannya dapat dipenuhi. Tapi hal itu menyebabkan kebahagiannya di akherat menjadi habis tidak tersisa sama sekali. Kita simak ayat selanjutnya.

Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" QS. 2:201

Saya kira kelompok kedua ini yang dibenarkan oleh Agama sebab ayat selanjutnya berbunyi begini:

“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” QS. 2:202

Ini menunjukkan bahwa agama ternyata bukan hanya urusan Akherat tapi juga urusan Dunia.

kalau ada yg merasa sudah sering berdo'a minta kebahagiaan di dunia dan akherat sekaligus dan belum terkabul, maka berdo'anya harus diteruskan tidak boleh berhenti, lebih sungguh-sungguh dan dipenuhi segala persyaratannya.

Kampanye

Menjelang Pilpres kali ini para pasangan Cawapres berlomba-lomba mengeluarkan yel-yel antara lain: “Lebih cepat, lebih baik”, “Lanjutkan”, “Pro Rakyat”, atau apalah.

Saya akan mencoba menganalisis kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ke depan.

Saya memperkirakan, para kaum Hawa akan memilih “Lanjutkan” karena sesuai dengan naluri alamiah mereka yg sering mengatakan “Ayo mas.. teruskan.. teruskan…”.

Sedangkan para kaum Adam tentunya akan memilih “Lebih cepat, lebih baik” apalagi kalau ditambahkan dengan “BERKALI-KALI BIN SERING”.

Sedangkan para pemula atau yg jam terbangnya masih kurang agak susah, sebab mereka biasanya “peltu” alias nempel langsung metu juga “Edi Tansil” alias ejakulasi dini tanpa hasil…

Wealah kok malah ngelantur kemana-mana.. sorri yah pemirsa.

Kamis, 11 Juni 2009

Dakwah Secara Ikhlash

Para Pembaca yang Budiman,

Sudah lama sekali saya tidak menulis di blog saya ini karena kesibukan saya mengajar, meneliti, dan urusan administrasi lainnya termasuk bingung sendiri apa yg harus dilakukan.

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan berkomentar tentang Dakwah. Hal ini dilatarbelakangi oleh tulisan maupun komentar para ahli di buku "Ilusi Negara Islam" yang mengangkat masalah golongan garis keras yg keberadaannya sudah mengancam suasana kedamaian dan ketenangan di tanah air yang kita cintai ini.

Dakwah menurut pengertian yg saya ketahui adalah mengajak, bukan memaksa. Prinsip dasar mengajak itu harus Ikhlash. Artinya kalau obyek Dakwah itu "nurut" ya Alhamdulillah, tapi kalau "tidak nurut" ya sudah tidak masalah. Kalau obyek dakwah tidak nurut, maka kita tidak boleh mutung/pundung, marah-marah, misuh-misuh atau lebih ektrem lagi memaksa dan mengancam.

Jika orang berdakwah sudah dibarengi dengan perilaku marah-marah, memaksa, mengancam bahkan memfitnah dan menjelek-jelekkan orang lain, hal itu jelas sudah keluar dari jalur yang semestinya.

Di dalam al-Qur'an sendiri disebutkan bahwa, "Tidak ada paksaan dalan agama".. al-Baqarah 256.

Orang yang berdakwah seharusnya melaksanakan dengan jiwa seorang PR (public relation), ketika dia bersikap ramah pada konsumen dia tidak mengharapkan pamrih apapun, misalnya konsumen membalasnya dengan bersikap ramah atau tidak sopan dia tidak mempedulikannya. Yang penting tugas seorang PR tetap harus dilaksanakan untuk selalu bersikap ramah.

Seorang penDakwah harus selalu bersikap ramah meskipun menghadapi cercaan, hinaan, fitnahan, dan lain sebagainya.

Yogya, 12 Juni 2009

Ardi cahyono