Rabu, 08 Juli 2009

Hindari Kesalahan Kecil

Pada jaman dahulu kala ada seorang murid yang hendak turun gunung. Sebelum berangkat sang guru berpesan 3 hal, “Kamu dilarang membunuh, berzina, dan mabuk”.

Ketika sang murid melewati sebuah desa yang sangat indah, dia bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik. Singkat cerita mereka berkenalan dan saling menyukai. Kemudian sang gadis mengajak berzina. Tapi sang murid menolaknya karena ingat pesan guru. Tentunya hal itu membuat sang gadis kecewa.

Tapi sang gadis tidak menyerah, sebelum melakukan perpisahan sang gadis mengajak murid untuk minum. Ajakan tersebut juga ditolak karena pesan guru salah satunya dilarang mabuk. Sang gadis masih juga mendesak, “Kalau minumnya sedikit saja dan tidak mabuk berarti tidak masalah”. Dari situ sang murid mulai tergoda, “Benar juga, kalau minum cuman sedikit itu hanya kesalahan kecil tentunya mudah sekali dimaafkan, tokh juga tidak mabuk berarti tidak melanggar larangan”.

Lalu keduanya minum untuk memperingati perpisahan yang akan mereka lakukan. Mulanya mereka minum sedikit, lama kelamaan minum terus secara tidak sadar mereka sudah mabuk dan melakukan perzinaan. Ketika sang murid tersadar dia menjadi ketakutan karena sudah melanggar larangan guru yaitu mabuk dan berzina. Dalam kebingungannya tersebut akhirnya sang murid memutuskan untuk membunuh gadis tersebut agar rahasianya tidak terbongkar.

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah seringkali kesalahan-kesalahan besar dimulai dari kesalahan kecil, maka jangan menganggap sepele kesalahan-kesalahan kecil.

Kasus Narkoba yang menimpa para remaja sering dimulai dari rokok. Sehingga MUI mengeluarkan fatwa rokok haram.

Ketika debat Cawapres awal Juli 2009, para cawapres sepakat terhadap larangan rokok ini. Hanya cawapres no. 1 yang masih berdalih bahwa larangan tersebut tidak dapat serta merta karena perusahaan rokok merupakan penyumbang pajak yang cukup besar dan akan banyak petani tembakau yang rugi jika rokok dilarang.

Tapi, logika cawapres no. 1 tersebut dapat dipatahkan oleh penjelasan Pak Ton (Kartono Muhammad mantan ketua IDI) setelah acara debat tersebut. Pak Ton mengatakan bahwa yang membayar pajak rokok bukan perusahaan rokok tapi para perokoknya. Juga petani tembakau tidak akan menganggur sebab tembakau bukan hanya untuk bahan rokok tapi dapat dipergunakan untuk bahan obat-obatan.

Kisah di atas dipetik dari 36 kisah kebijaksanaan Shuang Guan Qi Xia.

Tidak ada komentar: