Kamis, 05 Februari 2009

Kisi-kisi Ujian

Saya ini merasa aneh ketika menjelang ujian, para mahasiswa di STTA selalu minta kisi-kisi soal ujian. Padahal saya dulu tidak pernah tahu hal tersebut baik waktu kuliah S1 maupun S2. Pada saat itu, pokoknya menjelang ujian ya mempelajari materi yang telah diberikan dosen.
Bahkan saya dulu agak curang. Di perpustakaan PN ITB, buku advanced engineering mathematics karangan Erwin-Kreyszig hanya ada 2 kalau gak salah. Aturan di perpustakaan jika terlambat mengembalikan buku kena denda. Waktu itu saya hitung, kalau beli buku terlalu mahal waktu itu 80rebu, kalau saya kembalikan nanti dipinjam yg laen sehingga saya tidak bisa mempelajarinya. Akhirnya saya putuskan untuk meminjamnya samapi Ujian walaupun kena denda sampai 15rebu, waktu itu denda per hari 200 rupiah. Lumayan lah, waktu itu nilai ujian dapat tertinggi.
Kembali ke kisi-kisi ujian. Mungkin mulai sekarang, saya tidak akan memberikan kisi-kisi ujian lagi.
Saya pernah dapat cerita dan kalau tidak percaya silakan dicoba sendiri. Kupu2 yg keluar dari kepompong, jika dibantu oleh manusia untuk keluar dari kepompong, dia tidak akan bisa terbang dan selanjutnya mati. Sedangkan yg keluar sendiri tanpa bantuan manusia dia dapat terbang dan hidup normal. Kenapa demikian, sebab ada syaraf yg harus diaktifkan di punggungnya yg syaraf tersebut dapat aktif dengan cara mengeluarkan tenaga yg cukup besar ketika calon kupu tersebut membuka kepompongnya. Jika syaraf tersebut sudah aktif, maka kupu2 dapat terbang dan hidup normal.
Kisi-kisi ujian menurut saya dapat membunuh mahasiswa sama dengan kupu2 yg dibantu keluar dari kepompong.
Hal tersebut juga pernah saya coba pada anak saya yg sekolah kelas 3 SD. Anak saya sedang belajar menghitung Keliling persegi panjang. dimana, K=p+p+l+l
K=keliling, p=panjang, l=lebar.
Suatu saat yg diketahui K dan p sedangkan yg ditanya adalah l. Saya pengen membantu anak saya sehingga saya beri rumus, l=(K-2p)/2, kemudian jika yg diketahu K dan l, maka rumusnya p=(K-2l)/2. Mula2 anak saya bisa menghitung, esok harinya saya tanya dia sudah tidak tahu apa2 sama sekali. Rumus2 tersebut malah membunuh kreatifitas anak saya. Sekarang ketika memecahkan soal2 tersebut, saya biarkan anak saya mencari cara sendiri untuk menjawabnya. Saya hanya mengawasi saja, kalau jawabannya benar saya katakan benar, kalau masih salah saya suruh mencari jawabannya sampai ketemu. Sekarang dia sudah bisa.

Tidak ada komentar: