Sabtu, 22 Agustus 2009

Menahan Diri

Puasa diambil dari Bahasa Sansekerta yang merupakan terjemahan dari ash-shaum yang berarti menahan diri. Kelemahan terbesar manusia adalah sulit menahan diri. Hal ini dilambangkan oleh kisah kakek buyut kita yaitu Adam As yang dimuat di dalam al-Baqarah 35 di bawah ini:

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini. yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”.

Adam As beserta isterinya telah mendapat kenikmatan yang luar biasa di surga tapi tetap tidak dapat menahan diri untuk mendekati sebuah pohon larangan. Ini menunjukkan manusia memiliki sifat serakah.

Keberhasilan puasa tidak ditentukan oleh lapar atau kenyangnya perut kita, sebab boleh-boleh saja kita kenyang saat puasa karena kita lupa makan dan itu tidak membatalkan puasa. Tapi yang penting di dalam puasa adalah dilaksanakan dengan penuh “imanan wahtisaban” yaitu dengan penuh keyakinan pada Allah Swt dan selalu introspeksi. Dengan introspeksi maka kita dapat menemukan kesalahan-kesalahan yang telah lalu sehingga tidak akan mengulangi di kemudian hari. Oleh karena itu ketika puasa dianjurkan banyak tafakkur, i'tikaf atau duduk termenung di dalam masjid dan menjalankan salat malam atau tarawih.

Tidak ada komentar: