Selasa, 30 Desember 2008
Hibah
Ngerampok uang rakyat
Maling
Cuman menghasilkan tumpukan dokumen sampah
dan pelatihan tidak berguna
Proses dianggap tidak penting
Dokumen adalah hasil lomba menulis indah
Bukan produk dari proses tukar pikiran yang ajek dan diperiksa secara hati-hati, diuji, dikomunikasikan dengan calon pengguna, kemudian baru didokumentasikan.
Pelatihan hanya "dibregne" (dilaksanakan dalam waktu yg hampir bersamaan) di akhir tahun saja bahkan ada yg kelewat tahun.
Padahal setiap pelatihan seharusnya langsung diaplikasikan, kemudian dievaluasi, dan terakhir ditulis sebagai bahan laporan.
Hibah hanya mementingkan pembelian meja, kursi, komputer, viewer, dll
Barang menjadi segala-galanya sehingga menutup pikiran. Sedangkan konsep yg ditanamkan di otak manusia cuman NOL BESAR.
Yaa begitulah kalau pengambil kebijakan adalah orang2 yg gak ngerti "human capital investment". Kalaupun ada yg suka cuap2... cuman bohong saja.
Minggu, 21 Desember 2008
Dosen Teladan
Hari Sabtu tgl 20 Desember 2008 ada pengumuman dosen teladan di STTA. Pengumuman tersebut dilaksanakan pada acara Dies Natalis STTA. Yang lucu, proses penilaian dosen teladan hampir mirip dengan pemilihan “Indonesian Idol”, yaitu melalui angket yg dibagikan kepada tiap-tiap jurusan. Masing2 jurusan mendapat jatah 5 suara. Oleh jurusan kartu suara tersebut dibagikan kepada masing2 dosen untuk memilih siapa yg layak dinobatkan sebagai dosen teladan. Ini jelas sangat subyektif, mirip dengan pemilihan seorang Idol.
Dosen yg terbiasa tebar pesona, senantiasa mengucapkan “selamat pagi, boss”, “siang boss”, berpakaian selalu rapi seperti Presiden SBY maka hampir dapat dipastikan akan menjadi Idol, tidak peduli dia berprestasi atau tidak. Dari sini, prestasi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu dalam hal Pengajaran, Riset, dan Pengabdian masyarakat jelas tidak penting… jadi ini lucu sekali.
Prestasi dalam hal mencerdaskan mahasiswa, prestasi dalam hal riset-riset yang dapat pengakuan Nasional maupun Internasional. Pengabdian pada masyarakat kok tidak ada perhatian sama sekali ya? Bingung saya.
Hal ini bukan hanya di STTA, dulu ketika saya mengajar STTW (Wastukancana) di Jawa Barat juga demikian. Saya suka ngibul bikin ini dan itu walau tidak pernah terealisir karena tidak ada dana sepeserpun.. ehh dinobatkan sebagai Dosen Peneliti Terbaik, maksudnya dosen yg lain tidak pernah meneliti dan tidak pernah ngibul seperti saya hehehe. Dan penobatannya dilaksanakan di acara Wisuda. Saya merasa tidak punya prestasi apapun malah tidak datang pada penobatan tersebut, jadinya mungkin Yayasan menanggung malu.
Dan lucnya, kejadian serupa juga terjadi di STTA ini. Mungkin hal itu dilakukan karena dosen2nya odob semua, tidak ada yg berprestasi sama sekali. Makanya model pemilihannya seperti itu.
Ardi Cahyono
Selasa, 16 Desember 2008
Mahasiswa Lebih Aktif, ya!
Pernah alumni sebuah perguruan tinggi X di Yogya, setelah bekerja dia tidak mampu membuat program aljabar Bolean, padahal dia adalah alumni jurusan Informatika yg katanya materi tersebut adalah wajib. Kemudian oleh pihak pengguna, kasus tersebut dilaporkan ke perguruan tinggi asal alumni tadi. Kemudian oleh perguruan tinggi yang bersangkutan langsung dilacak, siapa dosen yg mengajar mata kuliah tersebut. Setelah ketemu dosen yg mengajar dan sialnya dosen tersebut memang sering bolos sehingga dengan sangat terpaksa sang dosen harus dieliminasi dari kampus tersebut. Ini menggambarkan bagaimana hubungan sebab-akibat antara dosen dan alumni.
Tapi sebenarnya, dosen tidak hanya dituntut untuk tidak membolos tapi juga harus selalu meningkatkan kualitasnya. Kualitas ilmu maupun kualitas teknik pengajarannya. Dosen yang hanya pandai dalam ilmu tapi kurang ahli dalam menyampaikan materi perkuliahan akan menyebabkan daya serap mahasiswa akan berkurang. Apalagi dosen yang kurang menguasai ilmu akan sulit untuk bisa mengajar dengan baik.
Tapi yang perlu diingat yaitu dosen bukan manusia super yang terbebas dari segala kelemahan, banyak dosen yg sebenarnya tidak begitu menguasai materi atau kurang ahli dalam mengajar.
Untuk itu, maka ada satu solusi yang saya tawarkan, yaitu mahasiswa saya sarankan harus lebih aktif di dalam pembelajaran. Jika ada topik bahasan yg belum dipahami, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya kepada dosen atau yang lebih ahli.
Jika mahasiswa bisa lebih aktif, maka akan tercipta sebuah mekanisme saling mencerdaskan di antara mahasiswa. Yaitu mahasiswa yang kurang paham akan meningkat pemahamannya karena bertanya, sedangkan mahasiswa yang lebih pintar dia akan lebih pintar lagi karena dia mengajar. Perlu diketahui, ketika mengajar, otak juga ikut belajar. Dengan mahasiswa aktif akan banyak pikiran saling bertukar sehingga menyebabkan masing-masing peserta diskusi akan meningkat pemahamannya. Makanya, jangan sungkan-sungkan untuk saling diskusi masalah apapun. Jika dalam perdiskusian menemui jalan buntu, coba temui dosen yang bersangkutan atau dosen yang pernah mengajar mata kuliah tersebut untuk meminta penjelasan.
Saya sudah mulai melihat ada forum-forum diskusi mahasiswa di laboratorium, di ruang kuliah, di masjid, di warnet yang diinisiasi secara mandiri oleh mahasiswa STTA. Dari situ saya mulai berharap, semoga STTA ke depan dapat lebih baik.
Yogyakarta, 17 Desember 2008
Ardi Cahyono
Senin, 08 Desember 2008
Airborne Laser Weapon (Kiriman Pak Hadi)
Rekan2 ysh,
Salah satu senjata yang paling ditakuti adalah ICBM atau Intercontinental ballistic Missile. Misil ini bisa mencapai titik dimanapun didunia alias mampu menempuh jarak antar benua, jadi tak ada satu negarapun yang tak bisa dijangkaunya. Misil ini juga bisa dilengkapi dengan banyak misil2 kecil berjumlah banyak (puluhan atau sampai 100?) yang masing2nya bisa diprogram utk menghantam target tertentu. Lebih mengerikan lagi hulu ledak tsb bisa jadi adalah bom nuklir. Yang lebih parah lagi adalah bahwa ICBM itu berkecepatan sangat tinggi, ditembakkan sampai keluar dari atmosfer bumi dan kemudian re-entry alias memasuk atmosfer lagi sebelum melejit ke sasaran. Amerika berusaha membuat anti missile misile, yaitu misil yang bisa dipakai utk menembak jatuh misil seperti ICBM atau misil balistik lainnya (yg jarak dekat ataupun jarak menengah), misalnya saja misil Patriot. Masalahnya adalah Patriot ini sangat mahal, kalau tak salah ingat sekitar $1juta per misil. Lagipula Patriot tidaklah selalu 100% akan berhasil, padahal walaupun hanya 1 misil balistik saja yg lolos dan berhulu ledak nuklir, maka hasilnya akan sangat mengerikan. Amrik dan Rusia dan negara2 yg terancam perang besar2an, pasti ingin punya senjata yang dapat dipastikan akan selalu berhasil menembak jatuh 100% semua misil yg menuju ke negara yg diserang tersebut. Inilah sebabnya mengapa Ronald Reagan sewaktu Presiden memulai R&D utk membuat senjata pemusnah misil yg dikenal sebagai Senjata Perang Bintang atau resminya Strategic Defence Initiatives.
Yang dikembangkan adalah LASER berkekuatan sangat besar (beberapa megawatt) yg dapat ditembakkan sebagai "bola energi" yg terkonsentrasikan, dipancarkan selama beberapa detik dan kalau mengenai sasaran maka sasaran akan menerima panas yg luar biasa dan akan meleleh dan kalau ada hulu ledak didalamnya maka hulu ledak itu akan meledak. Laser ini dibawa oleh sebuah pesawat Boeing 747 khusus yg terbang pada ketinggian diatas 60ribu kaki. Pada ketinggian tersebut jarak pandang dari pesawat sebelum terbatasi oleh kelengkungan bumi adalah sekitar 465 km. Kalau bisa terbang pada ketinggian 30km maka jarak pandang akan meningkat menjadi 600 km. Jadi kalau pesawat berada dipinggir pantai barat dan pantai timur Amrik maka misil yg menyerang Amrik dan masih berada dikejauhan 465 km sudah akan dapat diledakkan dengan senjata laser tsb. Karena sinar laser bergerak dengan kecepatan cahaya, maka mustahil bagi misil yg sudah terdeteksi utk menghindar dari penghancuran oleh sinar laser tsb.
Untuk lengkapnya silahkan baca artikel dibawah ini dan juga silahkan melihat videonya di youtube dialamat berikut
http://www.youtube. com/watch? v=-TqICoTBSJ8
salam
HW
Airborne Laser
The ABL weapon system consists of a high-energy, chemical oxygen iodine laser (COIL) mounted on a modified 747-400F (freighter) aircraft to shoot down theater ballistic missiles in their boost phase. A crew of four, including pilot and copilot, would be required to operate the airborne laser, which would patrol in pairs at high altitude, about 40,000 feet, flying in orbits over friendly territory, scanning the horizon for the plumes of rising missiles. Capable of autonomous operation, the ABL would acquire and track missiles in the boost phase of flight, illuminating the missile with a tracking laser beam while computers measure the distance and calculate its course and direction. After acquiring and locking onto the target, a second laser - with weapons-class strength - would fire a three- to five-second burst from a turret located in the 747's nose, destroying the missiles over the launch area.
The airborne laser would fire a Chemical Oxygen Iodine Laser, or COIL, invented at Phillips Lab in 1977. The laser's fuel consists of the same chemicals found in hair bleach and Drano - hydrogen peroxide and potassium hydroxide - which are then combined with chlorine gas and water. The laser operates at an infrared wavelength of 1.315 microns, which is invisible to the eye. By recycling chemicals, building with plastics and using a unique cooling process, the COIL team was able to make the laser lighter and more efficient while - at the same time - increasing its power by 400 percent in five years. The flight-weighted ABL module would be similar in performance and power levels to the multi-hundred kilowatt class COIL Baseline Demonstration Laser (BDL-2) module demonstrated by TRW in August 1996. As its name implies, though, it would be lighter and more compact than the earlier version due to the integration of advanced aerospace materials into the design of critical hardware components. For the operational ABL system, several modules would be linked together in series to achieve ABL's required megawatt-class power level.
Atmospheric turbulence, which weakens and scatters the laser's beam, is produced by fluctuations in air temperature [the same phenomenon that causes stars to twinkle]. Adaptive optics rely on a deformable mirror, sometimes called a rubber mirror, to compensate for tilt and phase distortions in the atmosphere. The mirror has 341 actuators that change at a rate of about a 1,000 per second.
The Airborne Laser is a Major Defense Acquisition Program. After the Concept Design Phase is complete, the ABL will enter the Program Definition and Risk Reduction (PDRR) Phase. The objective of the PDRR phase is to develop a cost effective, flexible airborne high energy laser system which provides a credible deterrent and lethal defensive capabilities against boosting theater ballistic missiles.
The ABL PDRR Program is intended to show high confidence system performance scalable to Engineering and Manufacturing Development (EMD) levels. The PDRR Program includes the design, development, integration, and testing of an airborne high-energy laser weapon system.
In May 1994, two contracts were awarded to develop fully operational ABL weapon system concepts and then derive ABL PDRR Program concepts that are fully traceable and scaleable EMD. A single contract team was selected to proceed with the development of the chosen PDRR concept beginning in November 1996. Successful development and testing of the laser module is one of the critical 'exit criteria' that Team ABL must satisfy to pass the program's first 'authority-to- proceed' (ATP-1) milestone, scheduled for June 1998. Testing of the laser module is expected to be completed by April 1998. The PDRR detailed design, integration, and test will culminate in a lethality demonstration in the year 2002. A follow-on Engineering Manufacturing and Development/ Production (EMD) effort could then begin in the early 2003 time frame. A fleet of fully operational EMD systems is intended to satisfy Air Combat Command's boost-phase Theater Air Defense requirements. If all goes as planned, a fleet of seven ABLs should be flying operational missions by 2008.
Performance requirements for the Airborne Laser Weapons System are established by the operational scenarios and support requirements defined by the user, Air Combat Command, and by measured target vulnerability characteristics provided by the Air Force lethality and vulnerability community centered at the Phillips Laboratory. The ABL PDRR Program is supported by a robust technology insertion and risk reduction program to provide early confidence that scaling to EMD performance is feasible. The technology and concept design efforts provide key answers to the PDRR design effort in the areas of lethality, atmospheric characterization, beam control, aircraft systems integration, and environmental concerns. These efforts are the source of necessary data applied to exit criteria ensuring higher and higher levels of confidence are progressively reached at key milestones of the PDRR development.
The key issues in the program will be effective range of the laser and systems integration of a Boeing 747 aircraft.
Airborne Laser Resources
- Vol. 1, Number 3, July 1995 Airborne Laser Program Newsletter
- Vol. 2, Number 4, August 1996 Airborne Laser Program Newsletter
- Vol. 3, Number 1, February 1997 Airborne Laser Program Newsletter
- Vol. 3, Number 3, June 1997 Airborne Laser Program Newsletter
Kamis, 04 Desember 2008
Shuang Guan Qi Xia
Metodenya seperti senam biasa (bukan senam bela diri).
Pusat perguruan ini di Surabaya.
Di Yogya bisa juga mengikuti latihan SGQX, setiap hari Jum'at jam 16.00 -17.00 di Auditorium RRI Jogja, Jl. Affandi - Gejayan, Contact: SGQX Jogja - +62 274 415511
Minggu, 30 November 2008
Permainan Saham dan Ilmu Pesawat Terbang
Untuk memberikan ilustrasi yang sederhana, misalnya kita mengamati suatu sistem dinamik tertentu, misalnya engine. Biasanya enginenya sudah ada, kemudian mesin tersebut diberi input konsumsi bahan bakar. Selain itu ada variabel keadaan (state) yang sangat berpengaruh terhadap kinerja engine, misalnya temperatur kamar. Dengan adanya variabel input dan keadaan maka kita bisa mengamati luarannya misalnya (RPM/putaran per menit, torsi, daya, dll).
Untuk permainan saham, yang kita butuhkan hanya variabel input dan statenya (independen) apa saja dan variabel outputnya (dependen) apa saja. Kemudian sejumlah data mulai dari data sekarang sampai sekian waktu yg lalu harus kita miliki. Jadi yg penting kita harus bisa menentukan variabel-variabel tersebut dan kelengkapan data harus terpenuhi. Jika tidak maka sulit untuk menentukan model matematika yang tepat untuk sistem yang kita amati.
Data-data tersebut biasanya mengandung bias atau noise. Pertama noise tersebut harus dibersihkan misalnya dengan filter Kalman http://en.wikipedia .org/wiki/ Kalman_filter setelah itu baru menentukan struktur model matematikanya. Dan untuk menentukan parameter-parameter sistem bisa menggunakan metode least square http://en.wikipedia .org/wiki/ Least_squares .
Dengan menggunakan model matematika yg kita miliki, dapat digunakan untuk memprediksi gejala-gejala yang akan datang. Tapi ini sifatnya ramalan, sehingga tidak perlu jauh-jauh dalam meramal, misalnya besok, atau lusa, atau seminggu lagi dan seterusnya. Jika terlalu jauh (waktunya) kemungkinan melesetnya juga besar. Sehingga model matematika memang harus selalu divalidasi. Untuk sistem saham ini struktur model matematikanya tidak jelas. Beda dengan engine atau pesawat terbang, lebih mudah membuat struktur model matematikanya.
Program untuk perhitungan ini adalah menggunakan bahasa MATLAB. Sebab dengan MATLAB dapat mudah sekali menghitung balikan semu (pseudoinvers), karena data variabel keadaan hampir selalu tidak bujursangkar. Juga mudah ketika menghitung koefisien korelasi dan filter data.
Ardi Cahyono
Rabu, 26 November 2008
Diktat Getaran Mekanik
Para Mahasiswa STTA sekalian,
http://groups.yahoo.com/group/stt-adisutjipto/files/ardi%20cahyono/hand%20out/getaran%20mekanis/getaran%20mekanik%20diktat.doc
EFEK Coanda oleh Pak Hadi
http://au.youtube. com/watch? v=vWErDwq9Enk
Sebetulnya pengamatan diatas tidak selalu benar. kalau yang digunakan bukan bentuk aerofoil atau permukaan cembung sendok, misalnya gunakan kelereng maka pada kecepatan tertentu air atau udara tidak melekat lagi pada permukaan, tetapi terlepas dari prmukaan. inilah yg disebut pelepasan aliran dan merupakan sifat dari boundary layer atau lapisan batas, yang memang biasanya melekat pada permukaan benda tetapi bisa terlepas kalau terjadi adverse pressure gradient atau gradien tekanan yang tak menguntungkan.
Biasanya kita tidak bicara lagi tentang Coanda effect, tetapi langsung membuat anggapan bahwa garis arus akan mengikuti bentuk benda, paling tidaknya utk aliran laminar yg bersifat tetap laminar. Jadi Coanda effect sebenarnya tak bisa menjelaskan gaya angkat. tetapi dampak dari Coanda effect dapat menjelaskan terjadinya gaya angkat .
Ada2 cara utk memahami mengapa haya angkat ditimbulkan. Yang pertama adalah dari segi hukum fisika kelanggengan momentum. Byangkan lagi aerofoil didalam angin seragam dari kiri kekanan. Gambar sebuah segi panjang yg mengurung aerofoil dan merupakan control volume yg diperiksa. Sisi segipanjang adalah sejajar dan tegak lurus pada arah angin. Angin masuk ke control volume arah =x sejajar garis horisontal dari kiri kekanan, jadi hanya punya momentum arah -x.
Karena keberadaan aerofoil maka arah aliran berubah. Dibagian belakang control volume angin bergerak bukan horisontal tetapi punya komponen kebawah karena dibelokkan oleh aerofoil dan karena sesuai Coanda effect arah angin mengikuti bentuk permukaan. Karena angin dibelokkan kebawah maka sekarang punya momentum arah-y atau tegak lurus kebawah. Sesuai hukum kekekalan momentum maka kita tanyakan lho kok bisa, tadinya momentum arah -y bernilai nol, tetapi karena keberadaan aerofoil tiba2 udara punya komponen momentum arah-y yang bukan nol. Nah supaya momentum arah-y yg beraksi pada control volume tetap bernilai nol, maka harus ada gaya yangdikerahkan angin pada bentuk aerofoil kebalikan arah y kebawah, jadi arah y keatas, alias gaya angkat.
Memang ada ahli aerodinamika yg mengatakan bahwa inilah penjelasan yg benar tentang terciptanya gaya angkat. ini memang penjelasan yg sangat sederhana dan dapat dimengert oleh siapa saja yg memahami hukum kekekalan momentum dalam Fisika dasar. Tetapi penjelasan ini punya kelemahan yaitu tidak dapat dipakai utk menghitung berapa besar gaya angkat yg tercipta.
Untuk menghitung berapa besar gaya angkat yg tercipta maka kita gunakan hukum Bernoulli yg memberikan kaitan antara tekana dan kecepatan aliran. Jadi p + q = konstan (bernilai tetap alias tekanan total) dimana p adalah tekanan statik dan q adalah tekanan dinamik dan q =0.5 *rho *V^2 dimana rho adalah densitas udara dan V adalah kecepatan aliran dititik yg sama. Jadi kalau kecepatan udara meningkat maka tekanannya mengecil. Selanjutnya karena sesuai dampak Coanda garis arus akan mengikuti bentuk aerofoil, maka aerofoil dipih bentuknya sedemikian rupa sehingga airan angin yg menyapu permukaan atas aerofoil akan bergerak lebih cepat (karena cembung) dibanding yg dibagian bawah (yg berbentuk relatif datar). Dengan demikian tekanan dibagian bawah aerofoil lebih besar dari tekanan dibagian atas dan ini memberikan total gaya netto arah keatas yg disebut gaya angkat (lift). Selanjutnya distribusi kecepatan disepanjang permukaan aerofoil dapat dihitung, misalnya dengan menyelesaikan persamaan Laplace (yg mudah) utk alitan tak viskos, atau dengan menyelesaikan persamaan Navier-Stokes (yg sulit sekali) utk aliran viskos. Distribusi kecepatan sepanjang permukaan aerofoil ini kemudian diolah menjadi distribusi tekanan sepanjang permukaan aerofoil lewat persamaan Bernoulli, dab dengan demikian ujung2nya gaya angkat dapat dihitung. Semua ahli aerodinamika pasti menggunakan pendekatan ini utk menghitung besaran gaya angkat. Tetapi perhatikan bahwa penjelasan ini tidak bisa dilakukan dengan mudah lewat sebuah hukum Fisika dasar yg mudah dimengerti seperti hukum kekekalan momentum misalnya. Untuk sampai pada tahap bisa menerapkan persamaan Bernoulli utk menghitung gaya angkat, kita harus belajar dulu jauh lebih banyak, yaitu mampu menurunkan persamaan Laplace kemudian mencari solusi persamaan Laplace dengan metoda variabel komplex ataupun meteoda panel vortex dlsbnya. Inilah yang dikatakan oleh sebagian ahli aerodinamika yaitu bahwa Coanda effect dan hukum aksi reaksi Newton adalah penjelasan yg paling tepat mengenai terciptanya gaya angkat.
Bagi saya mungkin Coanda effect dan hukum aksi reaksi Newton adalah penjelasan yg paling sederhana dan bermanfaat utk menjelaskan terjadinya gaya angkat pada seorang awam. Tetapi kalau kita ingin menjadi ahli aerodinamika dan harus bisa memprediksi (menghitung) gaya angkat yg beraksi pada kondisi terbang tertentu dan bentuk aerofoil tertentu, maka tak ada pilihan lain kecuali menggunakan rumus Bernoulli dan menyelesaikan persamaan Laplace atau pers Navier-Stokes lewat CFD (Computational Fluid Dynamics). Untuk kasus ini penjelasan dengan Coanda effect dan hukum aksi reaksi Newton sama sekali tidak berguna.
Tersu terang saja saya pikir ini adalah akal2an beberapa ahli aerodinamika saja utk menimbulkan kontroversi, yang kemudian menimbulkan mib=nat utk membeli buku yang dikaranganya ttg aerodinamika :-)
salam
HW
--- On Mon, 24/11/08, yama_naibaho
From: yama_naibaho
Subject: [STTA] mau nanya..??? tolongin ya
To: stt-adisutjipto@ yahoogroups. com
Received: Monday, 24 November, 2008, 1:18 AM
dear all,
saya kemaren baca
http://www.beritaip tek.com/zberita- beritaiptek- 2005-09-07- Seputar-Kecelaka an-Pesawat- Mandala-Flight- 091.shtml.
yg tw ga..?? Ko rasa`y baru denger ya, pa saya yang ktnggalan IPTEK..
Hingga saat ini, setidaknya ada 3 penjelasan yang diterima untuk
fenomena munculnya
III Newton, dan efek Coanda. Sayap pesawat memiliki kontur potongan
melintang yang unik: airfoil. Pada airfoil, permukaan atas sedikit
melengkung membentuk kurva cembung, sedangkan permukaan bawah relatif
datar. Bila sekelompok udara mengenai kontur airfoil ini, maka ada
kemungkinan bahwa udara bagian atas akan memiliki kecepatan lebih
tinggi dari bagian bawah: hal ini disebabkan karena udara bagian atas
harus melewati jarak yang lebih panjang (permukaan atas airfoil adalah
cembung) dibandingkan udara bagian bawah.
Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan fluida
(untuk ketinggian yang relatif sama), maka tekanannya akan mengecil.
Dengan demikian akan terjadi perbedaan tekanan antara udara bagian
bawah dan atas sayap: hal inilah yang mencipakan
Penjelasan dengan prinsip Bernoulli ini masih menuai pro kontra; namun
penjelasan ini pulalah yang digunakan Boeing untuk menjelaskan prinsip
Penjelasan menggunakan Hukum III Newton menekankan pada prinsip
perubahan momentum manakala udara dibelokkan oleh bagian bawah sayap
pesawat. Dari prinsip aksi ・reaksi, muncul
sayap yang besarnya sama dengan
membelokkan udara. Sedangkan penjelasan menggunakan efek Coanda
menekankan pada beloknya kontur udara yang mengalir di bagian atas
sayap. Bagian atas sayap pesawat yang cembung memaksa udara untuk
mengikuti kontur tersebut. Pembelokan kontur udara tersebut
dimungkinkan karena adanya daerah tekanan rendah pada bagian atas
sayap pesawat (atau dengan penjelasan lain: pembelokan kontur udara
tersebut menciptakan daerah tekanan rendah). Perbedaan tekanan
tersebut menciptakan perbedaan gaya yang menimbulkan gaya angkat L.
Meski belum ada konsensus resmi mengenai mekanisme yang paling akurat
untuk menjelaskan munculnya fenomena gaya angkat, yang jelas sayap
pesawat berhasil mengubah sebagian gaya dorong T mesin menjadi gaya
angkat L.
http://groups.yahoo.com/group/stt-adisutjipto/message/1033
Minggu, 23 November 2008
Sikut Sana Sikut Sini
Pak Agus Hasyim yg lulusan (S1 dan S2) Aeronautic TU Delf Belanda juga merasakan kena sikut di STTA sehingga tersingkir dan akhirnya tidak mengajar di STTA.
Pak Bari yg alumni Penerbangan ITB juga kena dan akhirnya kembali ke tempat kerja aslinya di AAU.
Padahal dua dosen ini adalah dosen Teknik Penerbangan yg sangat berkualitas. Yang satu lulusan TU Delf Belanda yg satunya lagi lulusan ITB.
Tapi kedua-duanya dibuang begitu saja.
Yang lebih aneh, hasil kuisioner Pak Agus Hasyim nilainya sangat tinggi.
Padahal STTA sulit sekali mencari dosen Teknik Penerbangan.
Aneh bin ajaib.
Saya Dipecat dari Monevin dan LPMA
LPMA adalah Lembaga Penjaminan Mutu Akademik.
Dulu saya adalah anggota LPMA sekaligus ketua LPMA di STTA.
Tapi kira2 dua tahun yang lalu saya dipecat dari kedudukan tersebut.
Saya akan menceritakan peristiwa di balik itu.
Ketika saya menjabat Monevin dan LPMA, lumayan lah.. tiap bulan tambahan gaji bisa mencapat Rp700 rebu. Dan tak heran posisi tersebut diperebutkan oleh dosen2 yang lain.
Saya hanya konsen pada kinerja kedua organisasi tersebut.
Saya tunggu sampai 3 bulan ternyata Monevin tidak ada kerjaan sama sekali. Padahal sebenarnya pekerjaannya banyak banget tapi tidak dikerjakan. Jika tidak dikerjakan berarti tidak ada yg mengontrol pelaksanaan hibah di STTA. Saya sudah berusaha semampu saya tapi di internal Monevin sendiri sulit digerakkan.
Kemudian ketika ngobrol santai dengan Ketua STTA di kursi BAAK, saya bercanda, "Pak.. saya nerima gaji buta nih, karena Monevin tidak ada kerjaannya". Ketua bilang, "Ya kamu harus berusaha supaya kinerjanya lebih baik lagi". saya jawab, "Saya di situ hanya kroco, kalau yg laen cuman ingin begitu2 aja ya susah lah pak".
Tidak berapa lama saya dipanggil Ketua dan langsung dicopot dari Monevin, kemudian Beliau menanyakan LPMA gimana? Saya jawab, "Ganti aja dgn yg laen Pak". Dan akhirnya saya tidak menduduki kedua posisi tersebut.
Tgl 20,21 Nopember 2008 yang lalu, ada kegiatan Monitoring dan Evaluasi dari Dikti, langsung meninjau pelaksanaan PHK AI Teknik Penerbangan. Kesimpulan Reviewer Dikti, semua mengatakan Monevin tidak bekerja sama sekali.
Lha semenjak saya dipecat 2 tahun yg lalu sampai sekarang kerjaannya ngapain saja... gile.
Sabtu, 22 November 2008
Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural bukan terjadi karena seseorang malas bekerja (kemiskinan cultural), namun adanya kemiskinan struktural ini karena disebabkan oleh sistem.
Contoh konkrit adalah kemiskinan yang menimpa para petani. Sejak jaman Soeharto, petani adalah golongan yang mengalami pemiskinan secara struktur karena harga pupuk yang sangat tinggi sedangkan harga jual beras sangat rendah.
Konsep kemiskinan struktural ini saya kira sudah ada sejak jaman kerajaan di mana para abdi dalem dimiskinkan secara struktur. Sedangkan para bangsawan hidup dalam kemewahan.
Dosen STTA, saya kira juga mengalami pemiskinan struktural.
STTA ini setidaknya memiliki tiga input harta yaitu harta berasal dari mahasiswa, kedua dari bantuan pemerintah melalui dana-dana hibah, dan terakhir dari Yayasan.
Harta dari mahasiswa menurut hitungan kasar saya adalah sekitar 3,36M dalam setahun. Harta dari hibah perkiraan saya sudah mendapatkan sekitar 3M. Yayasan sangat kuat sehingga mampu memberikan lahan, bangunan, dan fasilitas lainnya.
Dari situ tidak heran jika STTA merupakan anak emas yayasan dibandingkan anak yang lain yaitu Unnur dan Unsuria.
Tapi anehnya, gaji dosen kok minim sekali yaitu 17,5rebu persks untuk dosen S2 dan 15rebu untuk dosen S1. Standar gaji ini sangat primitif dibandingkan gaji di kampus-kampus lain di Yogya.
Sedangkan gaji pokok dosen sekitar 320rebu... Alamak, ya nasib.
Empati
Misalnya, ketika melihat tukang sapu kita mencoba seolah-olah menjadi tukang sapu sehingga kita mampu merasakan segala problematika kehidupannya termasuk penderitaan hidupnya selama ini.
Jika kemampuan ini dimiliki seorang pemimpin maka dia akan lebih sukses karena dapat memahami perasaan anak buahnya.
Jika seseorang mengatakan, “Salah sendiri menjadi pembantu rumah tangga”, “Salah sendiri menjadi gelandangan”, Salah sendiri menjadi dosen yang gajinya kecil dan menderita”. Maka orang-orang semacam ini adalah orang yang gagal berempati dan jangan sekali-kali dipilih menjadi pemimpin karena akan membahayakan organisasi.
Tapi sayangnya, banyak sekali pemimpin yang tidak punya rasa empati, terutama di STTA ini.
Senin, 10 November 2008
Bergabunglah di Milis STTA, tinggal klik "Join This Group"
Untuk bergabung pertama klik link ini terlebih dahulu:
Jumat, 07 November 2008
Rute Penerbangan
Ibu2 dan Bapak2 ysh,
Mohon petunjuk sekali lagi.
Untuk menentukan rute suatu pesawat penumpang sipil dari
Terima kasih banyak. Merdeka!!!
mac
Rute penerbangan ditentukan sama seperti hal lain dalam aviation:
1. Safety. Yang jelas tidak boleh ada terrain yang terlalu tinggi melampaui kemampuan terbang pesawat. Pesawat dengan 2 engine juga tidak boleh terbang lebih jauh dari 1 jam penerbangan dengan kondisi OEI (one engine inoperative) dari suitable alternate airport. Endurance pesawat juga menentukan panjang sektor yang bisa diterbangi atau technical stop untuk refuelling.
2. Ekonomis. Semakin lurus, mengikuti great circle, semakin hemat bahan bakar dan semakin cepat sampai. Untuk great circle silahkan lihat di wikipedia atau encarta di Navigation.
3. Traffic flow. Pada rute tertentu yang sangat padat seperti
Regards
Leo Yudianto Nugroho
ATP/B737, MD80/90
Bung mac,
Jawabannya tergantung pada apa sebenarnya yang ditanyakan. Misalnya saja anda seorang milyarder baru, bisa menyewa beberapa pesawat yang tidak terlalu mahal dan tidak terlalu tua. Lalu anda ingin tahu, sebaiknya jenis pesawat apa (berapa penumpang, jarak tempuh etc) yang perlu disewa dan digunakan untuk melayani rute2 mana saja. Katakan karena anda orang
Masalah seperti ini memang adalah masalah nyata. Misalnya saja Tiger Airways milik Singapura punya 6 pesawat yg dioperasikan di
Masalah ini jelas tidak mudah dan melibatkan ilmu ekonomi disamping ilmu teknik dan mungkin juga ilmu matematika (operation research), psychology dan entah apa lagi. Jadi jawaban dari pertanyaan anda hanya dapat diperoleh dengan kuliah di MIT atau universitas2 lain yang memberikan kuliah dibidang itu. Untuk sekedar mempelajarinya sendiri, silahkan baca diktat kuliah di MIT-OCW yg gratis. Dibawah ini disampaikan alamat situs web MIT-OCW untuk jurusan Aeronautics dan Astronautics. Mungkin bahan kuliah yang anda inginkan ada dimata kuliah Airline management atau Airline Schedule planning ataupun Logistical and Tranportation Planning Method, atau cari sendirilah didaftar yg ada dibawah ini.
Semoga bermanfaat dan anda berhasil mendapatkan informasi yg dibutuhkan
salam
HW
Aeronautics and Astronautics
Updated within the past 180 days | MIT Course # | Course Title | Term |
| 16.00 | Spring 2003 | |
| 16.01 | Fall 2005 | |
| 16.02 | Fall 2005 | |
| 16.03 | Fall 2005 | |
| 16.04 | Fall 2005 | |
| 16.050 | Fall 2002 | |
| 16.06 | Fall 2003 | |
| 16.07 | Fall 2004 | |
| 16.100 | Fall 2005 | |
| 16.120 | Spring 2003 | |
| 16.13 | Fall 2003 | |
| 16.20 | Fall 2002 | |
| 16.21 | Spring 2005 | |
| 16.225 | Fall 2003 | |
| 16.230J | Spring 2007 | |
| 16.30 | Spring 2004 | |
| 16.31 | Fall 2007 | |
| 16.322 | Fall 2004 | |
| 16.323 | Spring 2006 | |
| 16.333 | Fall 2004 | |
| 16.337J | Fall 2003 | |
| 16.355J | Fall 2005 | |
| 16.358J | Spring 2005 | |
| 16.36 | Spring 2003 | |
| 16.37J | Fall 2002 | |
| 16.394J | Fall 2004 | |
| 16.399 | Spring 2004 | |
| 16.410 | Fall 2005 | |
| 16.412J | Spring 2005 | |
| 16.413 | Fall 2005 | |
| 16.422 | Spring 2004 | |
| 16.423J | Spring 2006 | |
| 16.512 | Fall 2005 | |
| 16.522 | Spring 2004 | |
| 16.540 | Spring 2006 | |
| 16.61 | Spring 2003 | |
| 16.621 | Spring 2003 | |
| 16.622 | Fall 2003 | |
| 16.652 | Fall 2005 | |
| 16.653 | Fall 2004 | |
| 16.682 | Spring 2006 | |
| 16.72 | Fall 2006 | |
| 16.75J | Spring 2006 | |
| 16.76J | Fall 2004 | |
| 16.76J | Fall 2006 | |
| 16.77J | Spring 2003 | |
| 16.810 | January (IAP) 2005 | |
| 16.810 | January (IAP) 2007 | |
| 16.812 | Spring 2004 | |
| 16.83X | Spring 2002 | |
| 16.851 | Fall 2003 | |
| 16.852J | Fall 2005 | |
| 16.862 | Spring 2007 | |
| 16.863J | Spring 2005 | |
| 16.881 | Summer 1998 | |
| 16.885J | Fall 2004 | |
| 16.885J | Fall 2005 | |
| 16.886 | Spring 2004 | |
| 16.888 | Spring 2004 | |
| 16.891J | Spring 2003 | |
| 16.892J | Fall 2004 | |
| 16.895J | Spring 2007 | |
| 16.89J | Spring 2007 | |
| 16.901 | Spring 2005 | |
| 16.910J | Fall 2003 | |
| 16.920J | Numerical Methods for Partial Differential Equations (SMA 5212) | Spring 2003 |
| 16.940J | Spring 2003 | |
| 16.985J | Fall 2005 |
Bung mac,
Dibawah ini disampaikan judul2 mata kuliah bidang Airline management dari MIT-OCW yg dapat anda download gratisan. Anda juga diperbolehkan menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai bahan kuliah. MIT hanya minta supaya anda menulis dibagian depannya bahwa bahan kuliah itu adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia dari mata kuliah yg diberikan gratis di MIT-OCW.
Semoga informasi ini membantu anda memperoleh jawaban dari pertanyaan 2 anda. MIT-OCW juga memberikan seluruh mata kuliahnya secara gratis online. kalau tak salah ada juga beberapa universitas terkenal lainnya yg melakukan hal yg sama , tetapi MIT adalah yg pertama dan menjadi motor penggeraknya.
salam
SES # | Topics | LECTURE NOTES |
1 | Course Introduction | Introduction to the Airline Planning Process (PDF) |
2 | Airline Economics Review | Airline Economics Review (PDF) |
3 | Operating Costs and Productivity | Operating Costs and Productivity (PDF) |
4 | Load and Spill Analysis | Load Factor Analysis (PDF)# (Courtesy of Boeing. Used with permission.) |
5 | Airline Schedule Development | Airline Schedule Development (PDF) |
6 | Passenger Choice Models | Introduction to PODS Passenger Choice Models (PDF) |
7 | Introduction to ePODS Airline Management Game | ePODS Airline Management Educational Game (PDF) |
8 | ePODS Work Session | |
9 | Fleet Assignment Optimization (Prof. Barnhart) | Airline Fleet Assignment (PDF) (Courtesy of Cynthia Barnhart. Used with permission.) |
10 | ePODS Work Session | |
11 | Route Planning and Network | Route Planning and Evaluation (PDF) |
12 | ePODS Work Session | |
13 | Scheduling and Operational Constraints | Demand Driven Dispatch (PDF)# |
14 | ePODS Work Session | |
15 | Mid-Term Exam (In Class) | |
16 | Airline Fleet Planning Issues | Airline Fleet Planning Models (PDF) |
17 | AMG Work Session | |
18 | Revenue Management Concept and Models | Introduction to Revenue Management: Flight Leg Revenue Optimization (PDF) |
19 | Overbooking Methods | Flight Overbooking: Models and Practice (PDF) |
20 | O-D/Network Seat Inventory Control | Network Revenue Management: Origin-Destination Control (PDF) |
21 | ePODS Work Session | |
22 | Open Session - Guest Lecture on Pricing/RM | |
23 | Airline Pricing Structures and Strategies | Pricing Challenges: ePODS and Reality (PDF) |
24 | Airline Revenue Management Systems | Origin-Destination Control: What Have We Learned? (PDF) |
25 | ePODS Work Session | |
26 | Summary: Airline Management Challenges | |
Dibawah ini disampaikan judul2 mata kuliah dari MIT-OCW bidang Airline Schedul Planning
salam
HW
Lecture Notes
Microsoft® Powerpoint® software is recommended for viewing the .ppt files in this section. Free Microsoft® Powerpoint® viewer software can also be used to view the .ppt files.
Many of the lecture notes in this section are in Powerpoint® format in order to retain elements of animation.
|
Dibawah ini disampaikan judul2 mata kuliah bidang Metoda2 Logistik dan perencanaan untuk transportasi.
salam
HW
Home > Courses > Civil and Environmental Engineering > Logistical and Transportation Planning Methods
- Email this page
Lecture Notes
A Jogger's Problem (PDF)
Functions of Random Variables 1 (PDF)
Functions of Random Variables 2 (PDF)
Functions of Random Variables 3 (PDF)
Queueing Systems 1 (PDF)
Queueing Systems 2 (PDF)
Queueing Systems 3 (PDF)
Queueing Systems 4 (PDF)
Queueing Systems 5 (PDF)
Queueing Systems 6 (PDF)
Congestion Pricing (PDF)
Spatial Queues 1 (PDF - 1.6 MB)
Spatial Queues 2 (PDF)
Networks 1 (PDF)
Networks 2 (PDF)
TSP Heuristics (PDF)
Hi Mas Ardi Apa Khabar , Gimana masih di Jogja
Sedikit menambah, sesuai moderator kurang spesifik, mudah2an kalau saya nggak salah arah nya tentu dari segi teknis.
Untuk rute, sudah di jawab oleh Mas Leo. cuma mau menambah urutan / metoda nya:
Di UAE kalau kita memberi approval route baru seperti misalnya Emirates,
pertama mereka harus submit dulu airport (destinations approval) termasuk audit yang mereka laksanakan dan di verifikasi oleh Civil Authority, misalnya mau ke Patagonia Airpot, biasanya kita pelajari audit airportmya, dari mulai landasan, safety equipment, fire category, approach (VOR.ILS/GPS dll), termasuk fasilitas komunikasi di flight operations dan dokumen & record mereka dst dst ,biasanya operator menambah chek diluar safety, seperti passenger handling, ruang tunggu, transport dari ke airport, akomodasi crew (semua di audit & sebagian besar di verifikasi oleh civil aviation authority)
Setelah kita beri approval, maka Operations Specification yang merupakan bagian dari AOC (Air Operating Certificate) holder kita revisi untuk memasukan list of new airport setelah disetujui airport tsb laik dan legal utk dipakai.
Selanjutnya mereka akan propose Proving flight, umumnya utnuk airport yang category A (ref JAROPS/ CAROPS) sudah bisa langsung terbang, sedang category crew nya harus yang paling qulified & test di Simulator dulu supaya skill & knowledge nya siap.
Sedang untuk flight planning, database dari performance pesawat di upload ke program flight planning yang ada terrain dan bluechart (data maritm) ini untuk ETOPS (nanti ada cerita lagi utnuk ETOPS), dari sini dapat dihitung yang diceritakan Mas Leo, kalau satu mesin mati apa masih bisa jaga ketinggian dengan terrain, kita sebut yang namanya escape route, lalu airport alternate juga dihitung.
Sekira nya cukup menambah data anda untuk ngajar eh kalau masih lo?
salam
Azzy
Boeing 777 disertifikasikan utk boleh terbang 3 jam (180 menit) dengan 1 mesin tak berfungsi. Informasi lebih lanjut dapat dibaca dibawah ini
salam
HW
ETOPS
Extended Range Twin Engine Operations
http://www.avsim.com/geoffschool/airlinecourse/etops.htm
It has now become part of everyday normal operations, for twin engine aircraft, to cross the
Most twin engine airliners are certified so that have to be able to fly normally within a hour of an airfield in the event of an emergency. That is not a problem normally in
The
How does this affect the Pilots ?
As stated in my previous article on flying the
Note
ETOPs ranges circles are based on a "declared" True Airspeed and are not adjusted for wind. However, actual "on the day" diversion times/fuels use actual winds - which may result in a diversion being longer than the operators approved time (120, 180, 207, minutes) but always within the maximum range circle distance.
The pilots then can work out which airport is closer to divert in an emergency. They then plot the mid track equal distance point in each sector ensuring it is within the ETOPS certified range.
See the diagram below please read it from bottom to top
Point A and B are Equal Distance Points
Each circle represents the permitted ETOPS range allowing for wind.
The pilots must ensure the aircraft is always within the
For Flight Simulator we do not have plotting charts, but we can work out the midway point by using the GPS doing the following :-
Warning do not push the enter button or you will lose your flight plan . Or get an aircraft with a FMC then you can program these equal distance points in.
Push the direct to key on the GPS type in the airport ID it should give a heading and distance to the airport . Note the miles and time then repeat the process with the second airfield and note the distance. Obviously which ever is closer is your diversion airfield. Repeat this on a regular basis.
You therefore need to know the 4 letter ID of the three airports for the flights. It is suggested you use these three airports as standard. It gives you something to do whilst flying the
One final note ETOPS often applies in
Before an aircraft goes on an ETOPS flight the aircraft has to be certified for the flight. The certificate lasts for one journey only it could allow an intermediate stop. Once the aircraft arrives at the final destination. Another inspection is made before the aircraft is re-certified for the return long distance leg. So an Aircraft could get its certificate issued at
The Boeing 777 is the first airliner to be built certified for 3 hour ETOPS on delivery date.
Dari sejarah perkembangan pesawat diawali dengan menggunakan mesin piston. Mesin piston ini ternyata rawan terhadap failure dikarenakan vibration. FAA sebagai aviation authority membatasi pesawat hanya 60 menit dari alternate airfield.
Setelah memasuki era mesin jet terbukti mesin turbine lebih sedikit vibrasi sehingga lebih reliable, sehingga FAA & ICAO membolehkan pesawat untuk terbang matanya lebih dari 60 menit dalam kondisi One Engine Inoperative.
Dalam ETOPS pesawat harus mendapatkan sertifikasi, engine- airframe pairing juga harus mempunyai failure rate yang rendah. Untuk ETOPS 180 failure harus kurang dari 1/100,000 jam operasi.
Selain itu airline harus mendapatkan sertifikasi juga dari aviation authority. Selain pilot & FOO, maintenance personel juga harus mendapatkan training untuk menghindari kesalahan yang sama terjadi pada dua engine.
Perlu juga diketahui bila suatu airline/pesawat mengalami engine failure rating ETOPSnya bisa diturunkan.
Lebih lengkapnya bisa baca di wikipedia :
http://en.wikipedia.org/wiki/ETOPS
Regards,
Leo Yudianto Nugroho
ATP 737/MD80-90
http://en.wikipedia.org/wiki/Air_navigation
http://groups.yahoo.com/group/AerospaceIndonesia/msearch?ST=Rute+Pesawat&SM=contains&pos=0&cnt=10