Kita sebaiknya memiliki keteguhan yang kuat pada pendirian kita. Jangan seperti cerita di bawah ini.
Alkisah seorang tua hendak pergi ke kota untuk menjual keledai tuanya. Dia berangkat dengan mengajak cucunya. Dia berjalan kaki menuntun keledainya sedangkan cucunya naik di pungung keledainya. Di perjalanan mereka bertemu dengan si A dan si A mengatakan: “Sungguh pemuda tidak sopan, masak dia enak-enak duduk di atas punggung kuda sedangkan kakeknya berjalan kaki menuntun keledai”.
Karena malu dengan komentar si A tadi maka kakek memutuskan untuk berganti naik ke punggung keledai sedangkan cucunya berjalan kaki menuntun keledai tersebut. Di perjalanan selanjutnya bertemu dengan si B dan si B mengatakan: “Sungguh seorang kakek yang tidak memiliki belas kasihan, teganya dia enak-enak duduk di punggung keledai sedangkan cucunya harus berjalan kaki menuntunnya”.
Kemudian kakek memutuskan untuk turun dari punggung keledai dan keduanya berjalan kaki menuntun keledai tuanya tersebut. Di perjalanan selanjutnya berjumpa dengan pemuda C dan mengatakan: “Jaman sekarang kok masih ada orang bodoh seperti ini, sedang berjalan membawa keledai kok tidak ada yang menungganginya. Benar-benar bodoh kalian ini”.
Pada perjalanan selanjutnya mereka berdua memutuskan untuk naik dia atas punggung keledai. Kemudian mereka bertemu dengan pemuda D dan mengatakan: “Kalian ini apa tidak berpikir, keledai yang kalian tunggangi itu adalah keledai tua. Kenapa kalian berdua menungganginya? Dimana otak kalian?”
Dalam kebingungannya maka mereka memutuskan untuk mengikat kedua kaki depan dan kedua kaki belakang keledai kemudian memikulnya. Tindakan terakhir ini sudah benar-benar bodoh.
Tindakan ini dilakukan karena mereka tidak teguh memegang pendirian. Boleh-boleh saja mendengarkan pendapat orang lain karena orang lain bisa saja benar tapi jangan lupa orang lain juga bisa salah. Sehingga logika tetap harus dipergunakan selama memegang pendirian. Dan yang terpenting, kita adalah yang paling tahu kondisi kita.
Kisah di atas dipetik dari 36 kisah kebijaksanaan Shuang Guan Qi Xia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar